Rabu, 23 Maret 2011

SETELAH CINTA ITU PERGI

“Pagi yang cerah.” ucapku dalam hati sambil melangkahkan kaki ke depan rumah untuk memakai sepatu. Seperti biasa aku sudah siap berangkat ke sekolah dengan pakaian seragamku. Pagi itu aku juga udah sibuk smsan dengan pacarku seorang adik kelas satu tahun dibawahku, yah..biasa brondong. Dari pagi sampai pelajaran terakhir di sekolah selesai semua tampak biasa saja.

Aku mengaktifkan handphone dan tak lama kemudian muncul sms dari pacarku, isi smsnya adalah konfirmasi atas berakhirnya hubungan antara aku dan dia. Aku heran, aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa salahku? hingga ku tanyakan padanya dan dia menjawab “Kakak tu uda selingkuh, aku bukan tak tau gimana sikap kakak di belakangku! kakak semalam jalan sama mantan kakak kan? aku tau semuanya.”

Dia tampak sangat marah, kesal dan sepertinya sangat benci kepadaku, semua terlihat dengan caranya melemparkan pertanyaan dan tuduhannya kepadaku. Aku kecewa sekali padanya karena dia telah menuduhku, akhirnya hubunganku dan dia berakhir sampai disini.

Semua anak-anak keluar dari kelas. “Capek aku heh! kita ke mana lagi? langsung pulang kan?” tanyaku pada sahabat karibku Dinda “Iya, Ma. Pulang ni aku jemput kau jam tiga, kita latihan drama.” “Latihan lagi? capek.” keluhku pada Dinda yang hanya tersenyum.

“Ada sms! loh kok dari Dinda?” tanyaku dalam hati “Aku tak bisa jemput, kita tak usah aja latihan ya? motor dipakai papa aku.” aku membaca sms Dinda dalam hati. Oh my god, gimana ni? mana aku udah siap, nunggu papa pulang dari kantor aja deh. “Sebentar lagi aku yang jemput kau, aku lagi nunggu papa datang.” sms Dinda itupun aku balas.

Tak lama kemudian papa datang dan aku pergi menjemput Dinda. Sesampainya aku dan Dinda di rumah Muti ternyata anak-anak drama yang lain belum ngumpul, terpaksa kami harus menunggu lagi. Satu per satu dari mereka mulai berdatangan sampai satu orang dari anggota kami tidak hadir. “Aku ngantuk, lagian lapar juga woi! badmood aku nah! kita tak jadi aja latihan ya?” ucap Dinda “Bagus tu, dari tadi kek bilang gitu.” sambung Doni yang benar-benar seperti tidak berniat untuk latihan drama sore ini. “Yes, alhamdulillah, wasyukurillah.” ucap yang lain.

Lagi-lagi ide gila Dinda itu disetujui teman-teman lain. Setelah semua pulang dari rumah Muti, kami bertiga pergi menjemput Irma untuk mengajaknya makan. Sesampainya di kafe langganan kami berempat, kami duduk dan bergosipan.

“Woi, keknya William mutuskan aku karena dia lagi dekat sama mantannya, dan aku tebak mantannya itu Putri anak 10.9.” ucapku memulai pembicaraan “Hah? dari mana kau tau kalau dia lagi dekat sama Putri?” sambung Irma “Semalam dia main kerumah aku dan cerita banyak tentang Putri tu” jelasku dengan nada sedih “Sabar ya, Ma! kan belum ada bukti yang kuat untuk menuduhkan itu sama mereka.” kata Irma menenangkan ku.

Pesanan pun tlah datang, kami menyantap makanan yang telah dihidangkan. Setelah selesai makan, kami berempat berniat untuk jalan-jalan, kami kelilingi kota dengan motor, sampai di depan kantor bupati tak sengaja ku lihat William sedang jalan dengan mantannya yang bernama Putri yang kami ceritakan waktu di kafe tadi. “Woi,William jalan sama Putri!” teriak ku “Kejari woi!” Dinda ikut histeris, Muti dan Irma pun ikut antusias dalam mengejari mereka, tapi sayangnya William dan Putri sudah pisah jalan.

“Udah aku bilang,mereka udah clbk lagi, aku sms William lah ya?” tanyaku pada Dinda “Sms lah, bilang dah clbk ni yee.” saran Dinda kepadaku. Aku smsan sama dia dan ternyata dia emang udah clbk sama Putri itu. “Sakit hati aku lihat orang tu heh! William ni nyakitin aku sedang-sedang kek ini tidak!” protes ku, Dinda hanya berdiam dan tak bisa menanggapi aku yang sedang terlarut dalam luapan emosi yang sebenarnya entah emosi atau karena rasa cemburu yang membara.
Setelah mengantarkan Dinda, aku sampai di rumah hampir jam tujuh. Malam itu aku di ceramahi habis-habisan oleh papa, ya ampun panas kali telinga aku dengar omelan papa yang kalau diurutkan pasti bisa sepanjang jalan kenangan. “Akhirnya omelan papa selesai.” ucapku dalam hati ketika papa mengehentikan ocehannya, kini aku sedang baring melepaskan semua beban ku di kasur.

Tak lama kemudian handphone ku bergetar menandakan ada sebuah sms masuk, segera ku raih handphone itu dan membaca sms yang masuk “Malam kak, lagi ngapa?” isi sms itu ternyata dari William “Iyo dek, lagi baring ni, kenapa dek?” ku balas sms itu dengan cepat dan singkat dan aku pun jadi smsan dengannya.

Dari smsnya aja aku udah bisa melihat perubahan yang terjadi padanya, dia menjadi sok kegantengan dan merasa dia telah menjadi pemenang atas kejadian tadi sore, dia terlihat angkuh dan tak seperti biasanya. Malam berlalu begitu saja, kini mataku pun sudah mulai mengantuk dan aku pun tertidur.

Pagi kembali hadir mengawali hariku. “Aku jomblo,haha.” tawaku pada diri sendiri ketika ku lihat diriku di cermin yang kelihatan kusut dan sangat putus asa.Pagi ini aku ke sekolah bersama Dinda, apa pun yang ku lakukan selalu bersamanya, karena sekarang aku sudah tidak punya pacar lagi jadi dia lebih sering menemaniku.

Waktu terasa berlalu begitu cepat, kini les bahasa Jepang telah usai, aku dan Dinda memutuskan untuk duduk di kantin. Ketika lewat di depan labor kimia, ternyata William ada di sana dan dia sedang praktek, aku melihatnya dengan sinis, rasanya ingin aku telan saja dia karena terlalu geramnya aku. “Kau smsan sama Randi ya, Ma?” tanya Dinda kepadaku yang dari tadi hanya memutar-mutar gelas “Hah? iya aku smsan sama dia, kenapa?” ucapku berbalik nanya pada Dinda

“Aku pulang sama Kai, kau minta jemput sama dia aja ya?” pinta Dinda kepadaku “Oh iyalah kalau gitu, aku telpon aja dia ya, soalnya dia lagi latihan buat nembuskan lagu Killing Me Inside - Torment untuk festival bulan depan.” ucapku lagi. Dinda hanya mengangguk. Aku mengambil CorbyTXTku dari dalam tas dan segera ku telpon Randi. “Lamanya Randi datang, bisa sampai bejamuran ni kita nungguin dia.” keluh Dinda “Sabar ngapa Din, dia lagi latihan paling bentar lagi dia datang.” ujarku lembut

“Iya, suruh dia cepetan dikit! capek ni aku dimarahin Kai disuruh cepat jemput dia.” lagi-lagi Dinda ngomel. “Ni barusan dia sms, katanya tunggu di depan bee!” hiburku “Nah, dari tadi kek, kan enak.” ketusnya. Tak lama kemudian Randi muncul di depanku.

Ketika aku mau mendekati Randi, tiba-tiba William muncul dan melihat aku sedang berjalan ke arah Randi, setelah aku naik di atas motor Fu merahnya Randi, aku memeluk Randi di depan William, dia hanya diam terpaku menatap aku dan Randi berlalu dengan cepat meninggalkan sekolah. Malam tiba, aku latihan band bersama Randi dan dia menjemputku di depan rumah.

“Aku pergi dulu ya, ma.” pamitku pada mama yang mengantarkanku sampai di depan pintu. Sesampainya di studio milik Roma, kami langsung latihan dan aku mencoba untuk berkolaborasi dengan Edo sang screamo di band kami. Latihan telah usai, malam serasa berlalu begitu saja dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 20.10 wib, aku dan Randi memutuskan untuk berkeliling kota.

“Dek” “Iya kak” “Adek mau jadi pacar kakak?” tanyanya padaku Aku diam sesaat. “Adek mau kak” jawabku pelan “Makasih ya dek, kakak janji takkan nyakiti adek” ucapnya padaku. Aku menerimanya karna aku sudah tau isi hatinya, dia telah menantiku selama 69 hari dan aku menerima cintanya karena ku tahu dia sangat tulus mencintaiku. Tak lama kemudian aku diantar pulang olehnya. Satu bulan telah berlalu, hari ini tepat hari valentine.

Aku dan Randi menuju kafe, di sana ia telah menyediakan kado valentine untukku, dia telah merancang kafe itu khusus untukku. “Ini untuk aku yang?” tanyaku karena terkesan melihat rancangan kafe itu yang terlihat sangat elegan.



“Iya sayang, ini semua karena kamu, aku sayang kamu yang.” ucapnya sambil mengecup keningku mesra. Kemudian ia memberiku Silver Queen Chunky Bar dan sebuah kotak kecil yang berisi sebuah boneka panda imut berwarna cokelat muda dan sebuah cincin mas putih berukuran pas di jari manisku.

“Makasih ya sayang, aku tak tau harus membalas apa? yang jelas aku sangat mencintaimu, jangan pernah berhenti mencintaiku sayang!” ucapku yakin padanya. “Akan ku lakukan apapun untukmu yang, aku mencintaimu bahkan sangat mencintaimu” ucapnya meyakinkan ku. Malam itu berlalu dengan penuh kesan untukku .

“Ya Allah, semoga Randi yang terakhir untukku dan semoga ia takkan menyakitiku. Makasih atas semua ini ya Allah. Kau membuat ku bahagia setelah aku kecewa dan berputus asa.” ucapku dalam hati.

Jumat, 18 Maret 2011

TERINDAH DAN TERSAKITI

Duduk terdiam, menulis satu cerita cinta yang penuh makna,
2 cerita indah yang teralami dalam selang waktu yang singkat. Perbedaan yang membuat semua cerita terungkap dengan 2 pilihan, indah atau hancur.
2 blan terjalani dengan beribu-ribu rasa sakit dan 2 blan terjalani dengan berjuta-juta senyum bahagia,.
2 blan terjalani dengan penuh rasa cinta dan 2 bulan terjalani dengan keraguan dan cinta itu tak ada.
Kau terindah saat itu, kau teristimewa saat itu, kau yang selalau jadi yang pertama saat itu, kau yang tercinta saat itu dan kau yang tersayang saat ini,.
Smuanya kau hancurkan dengan smua kelakuanmu, smua cerita indah itu terhempas dan terlewat.
Smua cerita yang awalnya indah berubah dengan duri dan air mata yang menghancurkan kalbu. Sekarang, saat smua itu harus terlewat, kenapa bayangan akan dirimu dan kenangan akan cerita indah itu trak dapat terhapus dari kalbu dan tak dapat hilang dari kalbu.
Tapi sekarang,. Diya yang terindah saat ini yang bisa mengerti akan semuanya, yang dapat merubah akan semua perasaan ini akanmu, yang akan jadi yang terbaik dan tersayang tuk gantiin kamu,.
Dan menggantikan kenangan indah yang sangat menyakitkan tentangmu yang akan dirubah dengan senyum bahagia akan semua kasihnya dan kelakuannya

Kamis, 17 Maret 2011

KEMUNAFIKAN

Merasakan saat amua orang munafik itu memperlihatkan kemunafikannya,. Para orang munafik berkeliling diantara semua yang terdiam dan melihatnya, tanpa mereka paham gimana perasaan orang yang ada disekelilingnya.,  Terasa begitu mustahil saat hal ini bener -bener  teralami,  disaat kemunafikan itu tertutup dengan kebaikan yang terpancar diantaranya, disaat tag ada setitik pikiran akan semua hal ini, dikala tag ada perasaan untuk  berprasangka, tag ada keinginan untuk melihat kemunafikan itu muncul dan tertunjukkan dikala terdiam dan melihuat dengan senyum yang berharap itu hanya mimpi. Tapi saat sekarang saat kemunafikan tertunjukkan dengan perbuatan dan perkataan yang mungkin tag terlupakan dan tag terbayangkan bagaimana cara untuk menghapusnya.
Saat yang tepat  Mencoba untuk diam dan tetap tersenyum kepadanya, mencoba  tuk tetap diam dan tetap mengucapkan yang terbaik, yang selalu jadi yang terbaik dan akan selau jadi yang terbaik sekarang dan selamanya.Saat dimana Tag ada rasa tuk berprasangka untuknya, tag ada ruang tuk menunjukkan sesuatu yang berbeda kepadanya,. Hanya ada secerca harapan dimana  kemunafikan itu tag akan sirna dan perubahan diantaranya yang akan menjadi smuanya berbalik seperti saat dimana senyum terbuka lebar dan kegembiraan yang penuh makna menghiasi.
                Indahnya kegembiraan yang tiada akhir tertoreh diselembar kertas putih yang berharap akan ada keajaiban tuk perubahan kala senyum riang itu muncul, saat indahnya dunia bersamanya terarungi bersama, saat canda tawa menghiasinya, melewati saat-saat sulit itu dengan kekuatan yang menegarkan, dan senyum itu yang membuat rasa ingin bangkit muncul, semangat baru yang akan selalu member  kehangatan kebersamaan yang tag didapatkan.
Harapan dimana saat torehan ini menjadi 1 motivasi untuk menjadikan mimpi indah itu akan menjadi kenyataan yang terindah dengan penuh canda tawa yang tag akan pernah memudar.

Kamis, 03 Maret 2011

SEPOTONG KUE UNTUK SAHABAT

   Akhh… aku benci namanya sahabat, Hidupku memang tak ada apa-apanya, aku memang dikenal kurang pandai bersosialisasi bukan karena aku sombong dan kurang suka bergaul, tapi aku sulit mencari orang yang pas dengan hatiku. Aku pernah trauma  atas namanya persahabatan. Dulu aku pernah dikhianati oleh namanya sahabat cuma karena seorang pria. Sejak kejadian itu aku lebih menghabiskan waktu ku dengan novel-novel. Memang aku rasakan hampa hidupku tak ada canda tawa, pergi bersama ke Mall seperti orang lain yang biasa menghabiskan waktu bersama sahabatnya tapi inilah aku sekarang tak mau kenal namanya persahabatan. Aku memang mempunyai teman di kampus tapi kami dekat hanya sebatas berlangsung mata kuliah dan berdiskusi saja, tapi saat mata kuliah selesai kami berpisah ke  alam masing-masing, ia kumpul bersama sahabat-sahabatnya dan aku kembali kepada dunia sepiku. Aku berusaha tetap bahagia, karena aku suka berfikiran tanpa sahabat hidupku nyaman karena tak ada namanya perselisihan, duit abis karena jalan-jalan atau membuat kejailan. Meskipun presepsi aku itu suka ditentang oleh ibuku yang suka koment atas pikiranku itu.Saat pulang kuliah biasanya aku menghabiskan waktu di toko buku tapi saat itu ada kejadian aneh, aku di ikuti seorang gadis kecil yang berpenampilan kumel dan tak menggunakan alas kaki. Aku berusaha tak menghiraukannya, saat aku masuk ke dalam toko buku, anak itu menatapku di balik jendela besar toko buku yang menghadap ke jalan. Tiba-tiba saat aku sedang membaca buku Love story karya Erich Segal, gadis itu sedang dibentak oleh satpam toko buku, sungguh baru itu kurasakan tak tega melihat gadis kecil itu.Aku pun pulang membawa buku-buku yang aku beli, saat aku menuju ke tempat makan karena titipan mama yang harus aku beli, aku bertemu gadis kecil itu lagi, saat ini aku dekati dia karena heran kenapa ia mengikuti aku terus. “kenapa kamu ikuti aku? Tanya ku dengan nada setengah menyelidiki dan menatap semua pakaian kumel yang melekat pada tubuhnya.“e..e.. maaf mbak, aku tak ada maksud apa-apa tapi aku suka dengan mbak, ucapnya setengah menunduk dan melirik wajah ku dengan muka takut“aneh kamu itu, aku baru kali ini lihat kamu, bilang saja kamu minta sumbangan dari aku, kamu mau berapa tapi jangan ikuti aku lagi. Bentak ku terhadap dia, “maaf mbak, ibu  ku tak mengajalkan aku minta-minta dalam keadaan lapal gimanapun, aku seling melihat mbak saat mbak ke toko buku wajah mba milip dengan seseolang”. Ucapnya dengan cedal dan menahan air mata.Tiba-tiba hatiku terenyuh dan merasa bersalah sudah bentak gadis ini, aku pun agak mengubah cara bicaraku menjadi sedikit lembut.Mirip siapa? Kamu salah orang kali. Aku mau beli makanan dan terburu-buru. Jawabku sambil bergegas ingin meninggalkan gadis kecil itu tanpa menghiraukan ekspresi gadis itu.Aku pun bergegas masuk dalam sebuah rumah makan, saat aku menengok ke arah kiri ku tatap wajah gadis itu dari kejauhan yang memandangiku, iba itu yang kurasa tapi aku tak mau ditipu pikirku. Saat aku pulang, gadis itu berlari mengejarku, “mbak, bolehkah aku kenal mbak? Aku cuman mau kenal dan belsahabat dengan mba. Ucap gadis itu dengan mimik yang polos dan buat iba. Aku terburu-buru aku tak mau kenal dengan namanya persahabtan. Kamu salah orang adik kecil, ucapku sedikit lembut           “aku ingin belsahabat mba, bukan uang. Mba mau kan kenal dan ketemu aku lagi? Ucap gadis kecil itu dengan nada berharap “ia ntar kalo ketemu, kita berbicara lagi tapi kini mba sedang terburu-buru. Jawabku sekenaanya agar terlepas dari anak kecil iniMba hati-hati ya, ucapnya sambil melambaikan tangan. Sungguh gadis kecil lugu itu menyedihkan sekali. Selalu saja ku terpikiran oleh gadis itu, 5 hari kemudian aku kembali lagi ke toko buku itu. Saat pulang sudah ku duga pasti gadis kecil itu menungguku, saat aku ingin mendekatinya tiba-tiba satpam toko buku itu mendekatiku dan bilang bahwa gadis itu aneh. Gadis itu mendekatiku, mbak akhilnya datang juga aku tunggu mbak. Aku ingin mengajak mbak ke suatu tempat lahasia. Tempat untuk kita beldua sebagai sahabat.Aku pun berusaha ikuti jalan pikiran anak ini, dan ku selalu menganggap permintaan sahabat dari dia hanya sekedar alasannya untuk meminta uangku. Aku pun ikuti langkah kecilnya yang tanpa alas menapaki tiap rute-rute yang ditempuh untuk ke tempat rahasia menurut dia. Sampailah kami disebuah rumah kardus, ternyata gadis ini hidup sendiri, sungguh terkejut aku gadis baru umur 5 atau 6 tahun sudah biasa hidup seperti ini. Mbak maaf aku sudah mengajak mbak ke tempat kumuh ini, tapi ini istanaku. Ucapnya dengan rona bahagia di wajahnya. Sungguh aku tak bisa pungkiri rasa iba ku terhadap gadis kecil yang membuat ku bingung. Mba kenapa sih gak mao belsahabat? Aku malah kepengen punya sahabat. Pertanyaan nya yang membuatku tersegap rasa kaget dan flashback akan kenangan bersama sahabat yang tlah mengkhianatiku. Mba benci dengan namanya persahabatan, mana orang tua mu? Apa kamu tinggal sendiri? Jawabku sekenaanya dan menimpali pertnyaan agar ia tak membahas persahabatan. Gadis kecil yang kutatap ini mulai mengeluarkan butir-butir air mata, ia mengatakan hidupnya hanya sebatang kara. Ia tak mengenal ayahnya dan ibunya telah meninggal karena suatu hal. Betapa terkejut aku mendengar cerita nya.Aku dan gadis kecil itu sering bertemu akhirnya, tapi aku tetap tak menganggap nya sahabat  meskipun dia menganggap seperti itu, aku kenal semua aktifitasnya. Ia bekerja sebagai pengamen jalanan dengan bermodalkan tutup minuman coca cola. Suatu hari ia bercerita tentang kehidupannya dulu dan tanggal lahirnya. Sungguh ceritanya mengingatkan ku terhadap seorang yang telah mengkhianatiku dulu. Tanggal lahirnya sama dengan mantan sahabatku dulu tanggal 23 desember, dulu biasanya kami selalu merayakan tapi itu benar-benar dulu sebelum ia mengkhianati ku dengan lelaki yang ku cintai. Nama gadis itu sama dengan sahabatku dulu. Sungguh aku tak habis pikir apa mungkin di dunia ini mempunyai kesamaan yang hampir sama seperti itu? Tanggal 23 desember bentar lagi dan mulai itu aku berusaha memberikan perhatian terhadap gadis kecil itu. Aku berusaha akan memberikan hadiah. Saat kau ulang tahun apa yang kau inginkan? Tanyaku. Aku hanya ingin ke tempat ibuku mbak, aku benar-benar kangen dengan nya. Dan aku juga ingin sepotong kue kecil yang disuapkan oleh sahabat ibuku sebagai permintaan ibu dulu mbak. Sungguh ucapan itu membuat hatiku bergedik menahan butir-butir air mata agar tak tertumpah. Aku bingung harus membantunya mencari sahabat ibunya sebagai kado ulang tahunnya.Tanggal 22 aku mulai  membuat kue ulang  tahun untuk sahabat kecilku, sungguh baru itu hatiku terbuka berfikir ternyata mempunyai sahabat dan bersosialisasi sesama itu indah. Aku pun membuat kue itu dengan rasa senang sebagai sahabat serta seperti rasa kakak dan adik.Tanggal 23 itu hari yang ku tunggu, hari yang mempunyai moment juga untuk ku bersama sahabatku dulu. Saat aku menapaki jalan ke istana sahabat kecilku tiba-tiba ku lihat rumah itu sudah dipenuhi orang, sahabat kecilku sudah terbujur kaku. Derai air mata ku tumpah, aku tak tau harus bagaimana. Kue yang ku persiapkan dengan rasa terima kasih karena ia telah mengubah presepsi buruk ku tentang sahabat menjadi pupus semua kini.Sahabat kecilku telah pergi selamanya, ia sakit. Ternyata selama ini ia mempunyai penyakit. Sungguh aku tak mengira itu.  Tiba-tiba ada seorang ibu memberikan aku sebuah surat. Setelah pulang dari pemakaman, aku pun langsung membuka  amplop itu sungguh betapa terkejut aku, isinya photo aku bersama sahabat ku dulu yang telah mengkhianati ku. “mbak, aku ingin mengucapkan rasa terima kasihku atas penerimaan mbak menjadi sahabatku. Ku lakukan itu demi ibuku, sebelum ibu kembali ke rumah Allah ia memberikan photo mbak bersama ibu dan ibu bercerita semua tentang mbak dan tempat biasa mbak kunjungi maka itu aku dekati mbak di toko buku langganan mba, ayah ku adalah cowok yang menyebabkan persahabatan ibu dan mbak hancur kini ia pergi bersama orang lain dan ibu diusir kakek dan nenek ku saat mengandungku, itu yang ibu ceritakan dan ibu sampaikan semua, agar aku meminta maaf atas nama ibu, ibu sangat menyayangi mba dan membanggakan mba. Terakhir sebelum ibu pulang ke rumah Allah, ibu ingin sepotong kue dari sahabatnya. Kini rasa kangenku terhadap ibupun sebentar lagi terbayar mbak, doakan aku dan ibu bahagia. Ku percaya mba akan membawa sepotong kue itu untuk kami saat tanggal 23 desember. Itu isi surat terakhir si gadis kecil dengan tulisan yang masih acak-acakan seperti anak SD tapi aku terharu dan akan menyimpan surat ini selamanya.Sungguh aku tak menguasai emosiku, tangisanku pecah dan aku menyesal sudah seperti itu terhadap Nisa dan anaknya si gadis kecil sahabatku.  Aku pun membuka hatiku untuk bersahabat karena aku percaya sekarang bahwasan nya sahabat itu tak ada yang jahat. Setiap tanggal 23 selalu ku rayakan ultah sahabat tercintaku dan anaknya si gadis kecil, meskipun kini aku tak dapat memberikan mereka sepotong kue yang inginku suapkan tapi ku akan memberikan sebuah doa kepada mereka agar tenang.Semua hal yang terjadi ini membuat dewasa dan akupun mengubah presepsi tentang sahabat. Aku sangat menyayangi mereka.